Sunday, January 11, 2015

Sesekali Bicara Tentang Pernikahan : Waktu Yang Tepat Untuk Menikah

Kapankah usia ideal bagi wanita untuk menikah? Itulah pertanyaan yang muncul dalam pikiran gue beberapa waktu ini. Waktu yang membuat arah pembicaraan gue dan beberapa teman mulai beralih dari yang semula membicarakan tentang sekolah atau sekedar omongan-omongan kecil biasa, berubah menjadi omongan tentang pernikahan. Mungkin karena memang sudah mulai memasuki fase untuk membicarakan hal tersebut, selain itu juga mungkin karena beberapa teman seumuran yang lain sudah memutuskan untuk menikah (gue pikir mungkin memang sudah pilihan dan takdir mereka menikah di usia sekarang, saat gue atau banyak orang yang seumuran gue sedang asik berkutat dengan skripsi dan mencari pekerjaan).

Menurut gue memang tidak ada salahnya untuk mulai memikirkan akan seperti apa itu yang namanya sebuah pernikahan. Gue dan beberapa teman mulai membayangkan akan seperti apa kami nantinya ketika mulai memasuki fase untuk berkomitmen dengan seseorang, memulai hidup yang baru bersama. Memang sepertinya sederhana, tapi gue dan mereka sadar bahwa tidaklah mudah untuk memutuskan berkomitmen untuk melanjutkan hidup dengan seseorang yang kita pilih untuk mendampingi hidup kita nanti. Kadang memikirkannya atau membayangkannya saja gue sudah merasa rumit, banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangan. Mulai dari awal bertemu dengan calon partner hidup kita nanti hingga akhirnya memutuskan untuk menikah dengannya.

Pertemuan dengan calon partner hidup saja sudah memiliki banyak versi dan gambaran yang hanya bisa kita duga-duga bahkan terkadang ada yang tidak terduga. Memang semua rahasia Allah dan kita semua tentu punya jalan yang berbeda-beda. Gue percaya bahwa partner hidup sudah digariskan buat kita masing-masing dan akan tiba masa itu ketika kita dipertemukan dengan dia. Entah bagaimana caranya. Untuk calon partner hidup ini memang unpredictable, bisa siapa saja, orang yang sudah dekat dengan kita atau bisa jadi orang yang tidak pernah kita bayangkan akan bertemu dengannya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan gue, memang banyak kemungkinan yang akan terjadi pada kita dan calon partner hidup kita nanti. Prosesnya pun bermacam-macam dan memang menjadi pilihan kita masing-masing. Ada orang yang mencari calon partner hidupnya sendiri, ada yang dijodohkan. Ada yang punya kriteria tertentu dan berbeda-beda setiap orang (misalnya yang baik agamanya, yang baik pendidikannya, yang baik pekerjaanya, yang baik budi pekertinya dan keluarganya, yang baik fisiknya, dan masih banyak lagi). Ada orang yang memilih untuk taaruf (dalam Islam), ada yang memilih dengan berpacaran. Ada orang yang percaya kalau sang partner ini akan datang dengan sendirinya seiring dengan kepercayaannya bahwa jodoh tidak akan kemana, ada yang asik menebar pesona dan memberikan banyak harapan dengan satu atau lebih orang. Bermacam-macam. Menurut gue apapun itu, setiap bentuk pertemuan kita semua adalah suatu produk perjodohan dari Allah SWT (kelahiran, pertemanan, maupun partner hidup). Sehingga cara apapun yang kita pilih, semua tetaplah harus disertai dengan niat, usaha, dan doa dari diri kita sendiri.

Buat gue sendiri, calon partner hidup memang harus diusahakan. Mulai dari niat untuk menerima dia (dalam hal ini membuka diri dan mulai berteman dengannya), mencari tahu dan mengenal hal tentang dia dan keluarganya (begitu juga dia sebaliknya), memikirkan banyak hal, menimbang banyak hal, dan ketika merasa sudah cocok, pas, mampu, serius, yakin, mantap, kita harus benar-benar mengusahakan yang terbaik untuk kelanjutannya. Dalam hal ini, gue ingat kata-kata bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga ia sendiri yang mengusahakannya. Jadi kalau memang kita berniat baik dengan dia, maka harus sama-sama mengusahakan kebaikan tersebut.

Selain itu menurut gue, terkadang kekuatan pikiran bahwa orang tersebut yang akan menjadi partner hidup juga penting karena dengan begitu kita bisa semakin termotivasi untuk mengusahakan yang terbaik buat kita di masa depan dengannya. Selain itu juga law of attraction tersebut sama saja dengan doa yang kita yakini akan terwujud nantinya. Banyak orang secara tidak langsung menggunakan kekuatan pikiran ini, beberapa orang yang sudah menikah berkata bahwa ketika bertemu dengan partner hidup mereka, entah kenapa batin mereka mengatakan bahwa dialah orangnya. Secara tidak sadar, menurut gue, disitulah kekuatan pikiran bekerja. Jadi mulai sekarang, kalau kita memang yakin dengan seseorang, tidak ada salahnya menggunakan kekuatan pikiran tersebut. Bisa dimulai dengan berkata dalam hati seperti, “Hmm, gue percaya kalau lo partner yang diberikan Tuhan buat gue dan gue bakalan nikah sama lo nanti.” atau “gue yakin kita bakalan nikah, gak perduli sekarang kita gimana, tunggu aku yah, jangan keman-mana” atau “Ya Allah, aku percaya dialah orang yang Engkau rencanakan dan setujui untuk menjadi partner hidupku nanti.” (Nyahaha jadi pengen ketawa). Terserah bagaimana cara kita menggunakan pikiran tersebut, yang penting semua pikiran tersebut haruslah pikiran positif dan tetap harus selalu disertai dengan usaha dan doa juga.

Itu baru dengan siapa kita akan menikah, dalam hal ini calon partnernya. Ketika sudah ada calonnya, masih banyak lagi yang harus dipikirkan, misalnya kesiapan untuk berkomitmen dalam pernikahan. Gue pernah berbicang dengan beberapa teman, baik yang sebaya maupun yang lebih tua seperti orang-orang di kantor. Entah kenapa tiba-tiba waktu itu kita membicarakan soal ini, ketika itu mereka tiba-tiba bertanya dengan gue,”Memang kamu kapan ingin menikah? Mau umur berapa? Sudah ada target di umur berapa?” waktu itu gue menjawab kalau gue ingin menikah, tapi belum siap. Mendengar jawaban gue ini, beberapa diantaranya yang sudah menikah memberikan tanggapan yang cukup membuat gue kembali berpikir. Menurut mereka kalau kita masih saja beranggapan bahwa kita belum siap, entah itu belum siap dari segi manapun, kita tidak akan di’siap’kan oleh Allah (kembali lagi ke kekuatan pikiran menurut gue). Memang ada banyak hal yang harus dipersiapkan baik dari dalam diri sendiri maupun dari hal-hal lainnya, tapi alangkah baiknya kita harus merasa bahwa kita akan siap ketika masa itu tiba. Karena kapan masa itu menghampiri kita juga masih mengawang-awang dalam bayangan kita, maka selama proses menuju masa itulah kita mulai menyiapkan diri kita sebaik-baiknya, entah itu dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri (physically dan mentally), meningkatkan kemampuan finasial kita, dan hal-hal lain yang membuat kita siap untuk berkomitmen dengan seseorang, lebih serius. Tidak ada salahnya membuat target, di usia berapa kita akan menikah, tapi jangan juga terganggu oleh target usia yang kita buat itu, sehingga terobsesi harus sesuai dengan target tersebut. Kalau gue, entah kenapa sempat terpikirkan untuk menikah di usia 23 tahun nanti, tapi kembali lagi, masa depan masih belum tahu akan seperti apa. Apapun nanti, kembali lagi kita harus selalu berdoa dan meyakini yang terbaik untuk diri kita, sesuai persetujuan oleh Allah SWT.

Soal kesiapan untuk menikah, ada banyak sekali yang bahkan gue bingung jika menulisnya satu persatu di tulisan ini. Beberapa teman sebaya gue dengan bebas berpendapat dan meyakini bahwa mereka siap menikah ketika mereka sudah ini dan itu, ketika mereka blablabla. Berbeda-beda. Masing-masing merasa mereka akan siap ketika kapan, itu juga kembali lagi pada pilihan mereka.

Selain itu, karena pernikahan tidak hanya menyangkut kita dan calon partner hidup saja, melainkan juga kedua belah keluarga masing-masing yang akan terlibat. Dalam hal ini kedua keluarga juga melakukan ‘pernikahan’ menurut gue. Oleh karena itu kita, harus mampu menjadi satu, bukan hanya menjadi satu dengan calon partner hidup kita itu, tapi juga menyatu dengan keluarganya. Begitu juga sebaliknya, dia harus menyatu dengan kita dan keluarga kita. Saling menerima dan menghormati bukan hanya dengan calon partner, tapi juga dengan keluarganya. Karena sudah pasti dua keluarga akan menjadi satu, maka kaluarga kamu, akan menjadi keluarga kita, sama saja, keluarga sendiri. Jadi sebaiknya, kita juga harus dekat dengan keluarga masing-masing.

Setelah banyak pertimbangan dan pemikiran tentang kesiapan untuk menikah dan memutuskan untuk menikah, banyak lagi yang harus direncanakan dan disusun bersama partner yang kita percaya tersebut. Rencana pernikahan akan seperti apa dan setelah pernikahan akan seperti apa. Gue dan teman-teman gue tidak kurang membahas persoalan seperti ini juga. Untuk wanita, ketika sudah menikah apakah memilih tetap untuk bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, akan merencanakan mempunyai anak kapan dan berapa, perubahan-perubahan yang akan dibuat dan dijalani setelah menikah, dan masih banyak lagi dan gue yakin kalau dituliskan itu akan panjang sekali, dan tidak pernah habis untuk dibahas, karena pasti muncul berbagai macam pemikiran.

Saat ini, di usia gue dan teman-teman gue sekarang, 21 tahun, memang sudah sewajarnya terbersit tentang masa depan dan pernikahan. Gue pernah membaca artikel, untuk wanita memang di usia 20an adalah usia yang tepat untuk menikah, kenapa? Karena kesehatan reproduksi wanita di usia tersebut masih sangat bagus. Untuk laki-laki, mungkin usia 25 tahun keatas. Dan mengenai kapan tepatnya kita harus menikah, menurut gue kembali lagi, tergantung kepada diri kita masing-masing, calon partner kita, keluarga dan Allah SWT. Tidak masalah kita ingin menikah usia berapa, asalkan memang sudah cukup umur dan siap dengan segala-galanya (Ingat, kesiapan disini juga bermacam-macam, tergantung orangnya masing-masing). Nah, buat kita sekarang adalah saatnya untuk mulai bersiap menyambut datangnya fase itu, mulai menyiapkan diri dengan terus memperbaiki diri dari segala aspek (agama, fisik, mental, pendidikan, finansial dll. InsyaAllah atas semua usaha dan keyakinan kita (jangan abaikan kekuatan pikiran, yang positif), kita semua akan mendapatkan partner hidup terbaik yang memang sudah ditakdirkan dan disetujui oleh Allah.

No comments:

Post a Comment