Malam di Bandung dingin banget,
apalagi subuh. Ini hari kedua gue di bumi parahyangan. Sesuai dengan planning
yang disusun, sekitar jam 6 pagi gue bersiap-siap, mandi, packing, dan ngeteh.
Sebenarnya gue sudah bangun dari jam 5 sembari menikmati subuhnya kota Bandung.
Sekitar Jam 8 pagi gue check out dan langsung menuju St. Hall. Hari ini gue
ingin ke Lembang. Sempat salah naik angkot dari terminal Dago, karena warna
angkot yang mirip, untung gue sadar setelah setengah perjalan gue mendengar
sopir angkot bilang Dipati Ukur Neng blabla. Gue lihat kaca angkot dan benar
gue salah naik angkot. Ternyata angkot yang gue naiki adalah jurusan
Dago-Kalapa. Turun di depan pasar, gue menunggu angkot Dago-St.Hall. Setelah
naik angkot yang benar gue berniat menaruh ransel dulu di Chezbon, gue turun di
depan Jalan Braga dan menuju penginapan untuk menaruh ransel disana. Belum bisa
check in karena peraturan check in adalah dari jam 12 siang. Setelah itu, meskipun
bisa jalan kaki, tapi karena mengingat waktu, gue naik angkot lagi yang
jurusannya ke St. Hall dan tiba di stasiun sekitar jam 9 dan langsung naik
angkot krem jurusan St. Hall – Lembang.
Berangkat menuju Lembang, di
perjalanan gue ditanya sopir angkotnya mau kemana. Gue bilang kalau gue mau ke de Ranch. Gue duduk di depan supaya gampang nanya-nanya sopirnya, terus
sopirnya juga baik ngasih tau tempat-tempat wisata di kawasan Lembang kayak de
Ranch, Lembang Floating Market, sama tempat wisata lain kayak gimana cara ke
Gunung Tangkuban Perahu, etc. Dari yang dia jelasin emang bisa dipercaya soalnya
sebelumnya gue juga baca-baca dulu rute dan referensi-referensi alat
transportasi di kawasan Lembang. Patokan-patokan angkot berhenti dan tarifnya.
Alhamdulillah sopirnya juga baik jadi sempat ngobrol ngalor ngidul sebentar.
Pagi itu memang pilihan yang
tepat buat ke Lembang selain jalan yang masih lancar, meskipun macet di kawasan
Setiabudi. Selanjutnya perjalanan gue lancar-lancar aja. Memasuki kawasan
Lembang mulai terlihat pemandangan alam, gunung dan bukit-bukit hijau disertai
udara yang sejuk. Perjalanan yang berkelak-kelok, turun naik jadi nggak berasa
karena rasanya seneng banget. Ini baru yang namanya liburan!
Sampai di perempatan pasar
Lembang setelah sebelumnya sempat berganti sopir (ternyata angkotnya pakai
shift2an juga, ya bisa dibayangin sih melihat perjalanan dari Bandung Kota ke
Bandung Barat dengan jalanan yang turun naik dan berkelok, belum lagi kalau
macet, pasti cape dan harus ganti-gantian nyupirnya), di depan dealer motor gue
turun dari angkot dan meneruskan perjalanan dengan jalan kaki. Gue jalan kaki
lurus ke arah angkot tadi datang. Di sepanjang jalan ada petunjuk arah menuju de
Ranch, jadi kita nggak usah takut nyasar. Pokoknya setelah jalan lurus,
melewati Tahu Tauhid II, nggak jauh dari itu sampailah gue di de Ranch.
Masuk de Ranch, bayar tiket masuk
5 ribu rupiah plus dengan tiket masuk tersebut kita bisa menukarnya dengan susu
segar rasa buah. Yay! Pemandangan di kawasan de Ranch benar-benar keren, berasa
kayak di country-country film. Ada pemandangan hijau yang luas, kuda, dan
wahana liburan ala cowboy lainnya. Disana kita bisa bermain perahu di air,
flying fox, kursus membuat kue, berkuda atau menaiki delman. Cukup membayar
sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan. Jika tidak mau, kita bisa cukup
hanya dengan menikmati pemandangan dan berfoto disana. Selain berbagai wahana
permainan ala cowboy, disana juga lengkap arena bermain untuk anak-anak, tempat
makan, toilet, dan mushola berwisata kesini, nggak bakalan rugi. Pastinya kita
bakal ngerasain liburan yang sebenernya. Alhamdulillah.
Disana gue nggak naik wahana
apapun, sebenernya pengen, tapi mungkin next time kalau gue kesana. Gue cuman
foto-foto sembari menikmati pemandangan alam. Lanjut isoma. Setelah itu gue
melanjutkan perjalanan lagi menuju Cimahi.
Keluar dari de Ranch menuju
perempatan yang tadi di awal turun dari angkot, gue naik angkot hijau stabilo ke
arah Parongpong. Perjalanan dari Lembang menuju Parongpong sama halnya dengan
perjalanan menuju Lembang, mendaki gunung lewati lembah nan menyejukkan hati.
Ah! Seneng banget. Sampai di Parongpong, gue lanjut naik angkot ungu jurusan
Parongpong – Cimahi. Pas angkot mau jalan dan ngasih tau kalau gue mau ke Taman
Kupu-Kupu Cihanjuang, sopirnya bilang,” Loh? Bukannya Taman Kupu-Kupunya udah
ditutup neng, direhab katanya”. Lah? Gue jadi bingung, gue tanya sopirnya,
emang dari kapan ditutupnya dan katanya sudah lama. Gue jadi ragu, tapi tetap
melanjutkan perjalanan. Lagipula kata sopirnya, nanti lihat aja dulu, kalau
tutup ya gue nggak jadi kesana. Perjalanan menuju Cihanjuang ini ternyata
jalannya turun, ajdi kayak menuruni bukit gitu. Di perjalanan sempat turun
hujan dan agak takut juga sih, takut karena jalanannya menurun, hujan, jalannya
sempit, licin, dan ada banjir sedikit. Sopir angkot jurusan ini kayaknya harus
berpengalaman dan sabar kalau mengemudi di musim hujan.
Beberapa menit kemudian, ternyata
memang benar Taman Kupu-Kupu di Cihanjuang masih ditutup karena sedang renovasi
atau rehabilitasi. Padahal gue semangat banget buat melihat Kupu-Kupu yang
warna-warni disana. Ternyata perjuangan gue kemarin untuk mengejar kereta ke
Cimahi buat kesana adalah pertanda bahwa memang nggak ada juga kalau mau
kesana, soalnya Taman Kupu-Kupunya lagi ditutup. Harusnya gue cari informasi terupdate tentang
hal tersebut sebelum kesana. Sebelumnya gue ngerasa sudah mencari informasi
yang terupdate soal Taman Kupu-Kupu, gue baca blog yang menulis tentang Taman
Kupu-Kupu itu postingannya ditulis di sekitar akhir 2013. Padahal ternyata
Taman Kupu-Kupu tersebut sudah ditutup sejak awal 2014 (Dari Twitter dan FB
Taman Kupu-Kupu yang gue browsing kemudian). Karena nggak jadi ke Taman
Kupu-Kupu, gue memutuskan untuk pulang, tapi dari stasiun Cimahi. Untung sopir
angkotnya baik dan ramah, gue bisa ngobrol ngalor ngidul lagi sedikit selama di
perjalananan. Jam hampir menujukkan waktu setengah 4, kita akhirnya sampai di
stasiun Cimahi. Tapi ternyata KRD Lokal menuju Bandung jadwalnya adalah jam
16.21. Terlalu lama kalau menunggu, gue nggak jadi naik kereta pulang ke
penginapan, akhirnya gue naik angkot jurusan Cimahi – St. Hall.
Perjalanan selama di angkot
menuju St. Hall lumayan panjang juga, ngelewatin pasar Ciroyom juga, gue baru
sekali ngelewatin pasar Ciroyom, ternyata pasarnya benar-benar pasar
tradisional lengkap dengan bau khas pasar, ada bau ayam atau ikan, dan masih
banyak lagi. Hahaha. Sore gue akhirnya sampai di Stasiun, lanjut naik angkot
ungu jurusan Tegalega – Cisitu karena mau ke Ciwalk. Sekali lagi gue bilang
bahwa sopir angkotnya juga baik. Sebelumnya gue kasih tau dulu ya, kalau angkot
Tegalega – Cisitu yang lewat depan stasiun itu tujuannya adalah ke Cisitu dan
nggak langsung ngelewatin Ciwalk. Nah untuk yang lewat di depan Ciwalk, itu angkotnya harusnya angkot yang
dari Cisitu – Tegalega. Jadi pas sampai Cisitu, gue nggak turun di Cisitu dan
ganti angkot lagi, tapi tetap naik angkot yang sama hanya saja berbalik arah.
Kata sopirnya kasian kalau turun lagi padahal angkotnya ya sama-sama juga, cuman
balik arah doang dan bayarnya pun nggak dimahalin. Alhamdulillah.
Sampai di Ciwalk gue cuman masuk
dan melihat-lihat aja, nggak belanja, nggak makan juga. Takut pulangnya nanti
macet menuju penginapan soalnya pas perjalanan menuju Ciwalk tadi aja sudah
macet dikarenakan malam minggu. Dari Ciwalk, patokan gue adalah selalu St.
Hall, jadi gue naik angkot ungu lagi jurusana Cisitu – Tegalega yang lewat pas
di depan Ciwalk, turun di depan Stasiun Bandung. Tapi yang namanya cape emang
nggak bisa dibohongin ya kalo pikiran udah nggak fokus. Awalnya pengen jalan
dari stasiun ke Jalan Braga, tapi nggak jadi karena kayaknya salah jalan. Gue
naik angkot dari depan stasiun jurusan St. Hall – Gedebage menuju Jalan Braga.
Turun di perempatan BNI Braga, jalan sedikit dan sampailah gue ke Chezbon.
Sampai di penginapan, mengambil
ransel yang tadi dititipin dan masuk kamar. Gue beres-beres dulu, mandi dan
berbaring sebentar. Wow! Hari ini lumayan cape dan temanya kayaknya sehari
bersama angkot. Soalnya kalau dipikir-pikir perjalanan gue seharian itu nggak
lepas dari angkot dan stasiun. Gue ngerasa kayaknya orang-orang sekitar stasiun
juga udah kenal sama gue haha, masa yang jalan, turun naik disekitar stasiun
cuman gue lagi gue lagi. Dan yang gue lihat juga pemandangan serupa itu lagi,
itu lagi. Hanya saja orang-orang yang lewat aja ganti-ganti. Hahaha.
Sehabis magrib dan istirahat
sebentar tadi, gue jalan lagi di sekitaran Braga. Sayangnya Braga Culinary
Festival lagi nggak diadain karena musim kampanye. Jalan Braga rame banget
sama anak muda yang lagi malam mingguan, ada yang cuman berdua sama pacarnya, ada
yang rame-rame sama temen-temennya, sampai satu keluarga juga malam mingguan
disana. Seru banget! Menikmati malam di keramaian orang, duduk santai menikmati
makan malam dan orang yang lalu lalang (kalau duduknya di resto atau café yang
ngadap ke jalan sih wkk). Kalau gue, karena hemat, gue makannya di fastfood
aja, di Wendy’s. Tapi setelah gue hitung-hitung harganya sama aja kayak gue
makan di tempat lain, yang bukan fastfood.
Makan sudah, sekarang saatnya gue
lanjut window shopping di Braga City Walk, sebenernya nggak banyak yang bisa
dilihat juga, yang ada cuman makanan sama anak muda Bandung yang cakep dan kece
(terutama yang cewek hahaha). Karena Giggle Box baru aja buka outlet disana,
mampirlah gue. Seperti biasa menyeruput hot green tea latte sambil menikmati
malam di kota Bandung. Yay! What a day! Happy banget. Sekitar jam 10.30 malam
gue balik ke Chezbon dan mencoba untuk tidur setelah seharian ngelakuin
aktivitas yang cukup terasa melelahkan.
© 2014 Dina H. - Enjoy The Art of Living
No comments:
Post a Comment