Tuesday, February 28, 2012

Cross Cultural Fertilization: Sebuah Strategi Kebudayaan

Postingan saya kali ini mengambil judul yang sama dengan tema seminar mengenai kebudayaan yang saya ikuti hari ini, Cross Cultural Fertilization: Sebuah Strategi Kebudayaan yang diadakan oleh Universitas Paramadina, Nabiel Society, dan Kompas. Sebelumnya saya mengetahui akan seminar yang berlangsung di Auditorium Nurcholis Masjid, Universitas Paramadina ini melalui website kompas.com yang di share oleh teman saya. Paragraf pertama yang bertuliskan sebuah kalimat mengenai posisi perekonomian Ghana dan Korea Selatan yang semula terkebelakang. Namun dengan memiliki keunggulan budayanya, Korea Selatan mampu menjadi negara yang lebih maju dari Ghana itu mampu menarik perhatian saya untuk bisa mengikuti seminar tersebut. Selain itu saya mengikuti seminar ini juga untuk menambah pengalaman dan wawasan saya, berhubung di kampus saya sangat jarang mengadakan seminar-seminar seperti kampus-kampus lain *poor me.

Seminar ini merupakan seminar yang ditujukan untuk umum dan free sehingga ada berbagai macam kalangan yang hadir untuk mengikutinya, seperti misalnya para pekerja seni dan budaya, tokoh-tokoh cerdas dan terkenal dari dalam maupun luar negeri, wartawan, dan dari kalangan mahasiswa. Pembicara yang hadir dalam seminar ini adalah sejarawan senior LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Prof Dr Taufik Abdullah, wakil pemimpin umum kompas St Sularto, dan budayawan Nirwan Ahmad Asuka.

Seminar diawali dengan sambutan-sambutan dari panitia penyelenggara beserta para sponsor yang turut mendukung kegiatan ini agar dapat berlangsung. Kemudian seminar dibuka oleh sang narator yang memperkenalkan mengenai tema yang akan dibahas hari ini. Pembicara pertama yang dipersilakan untuk tampil adalah Bapak Prof Dr Taufik Abdullah. Beliau membuka seminar ini dengan membacakan makalah tentang sejarah mengenai kebudayaan Indonesia dan yang mempengaruhi kebudayaan di Indonesia milik beliau secara singkat. Sejarawan senior ini mengatakan bahwa tidak ada yang namanya kebudayaan otentik. Sejak awal di Indonesia sudah terjadi percampuran kebudayaan. Hingga memasuki era yang modern sekalipun semakin banyak percampuran kebudayaan yang telah dilakukan oleh bangsa Indonesia. Beliau menjelaskan kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan. Selain itu unsur-unsur kebudayaan seperti agama juga dibahas dengan sangat menarik. Bangsa yang maju harus menunjukkan kebudayaan yang maju. Pendapat bahwa jika kita ingin maju maka secara total kita harus meniru bangsa barat ditolak dengan tegas karena kita tidak boleh melupakan kebudayaan kita sendiri. budaya yang tercipta dari ide kreatif anak bangsa.

Kemudian pembicara yang kedua, wartawan senior dari kompas bapak St Sularto juga membacakan kutipan-kutipan artikel dari majalah kompas yang ia tulis beberapa tahun yang lalu. Kesimpulan yang saya dapat dari apa yang beliau bicarakan adalah bahwa peranan budaya tidak lagi sebagai pengikut kemajuan melainkan budaya sebagai penghela kemajuan itu sendiri. Lagi-lagi disini beliau menceritakan bagaimana bangsa Korea Selatan bisa lebih maju dari Ghana dengan budaya yang dimiliki oleh Korea Selatan. Budaya kerja keras, tidak sering bermalas-malasan, rajin menabung dan hemat masyarakat Korea selatan mampu mengantarkan bangsa ini sebagai bangsa yang maju 10 kali lipat dari Ghana dan seharusnya Indonesia juga mampu melakukan hal yang sama 10 kali lipat dari negara tetangga.

Bagaimana kebudayaan didiskusikan untuk masa depan? Inilah yang kemudian dibahas oleh bapak Nirwan Ahmad, beliau menganalogikan kebudayaan sama halnya dengan sebuah tanaman. Dimana pada sebuah tanaman itu pasti ada yang namanya tanaman unggul dan tanaman tidak unggul. Tanaman-tanaman yang unggul tersebut kemudian disilangkankan guna mendapatkan bibit-bibit tanaman unggul lainnya. Begitu juga dengan budaya, budaya-budaya unggul yang banyak dimiliki oleh Indonesia ini disilangkan sehingga menghasilkan budaya-budaya yang mampu bersaing dan semakin unggul. Penyilangan kebudayaan inilah yang dapat dijadikan kunci agar Indonesia mampu memperbaiki keadaan bangsanya disamping keadaan politik di Indonesia yang akhir-akhir semakin panas sehingga menghilangkan unsur-unsur lain yang dapat membantu untuk memperbaiki keadaan bangsa ini.

Pada akhirnya, yang dapat saya simpulkan adalah dari sekian banyak kekayaan bangsa serta kebudayaan yang berlimpah ruah yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, sebagai generasi muda, kita tidak boleh melupakan kebudayaan yang kita miliki sendiri ini. Mengikuti perkembangan zaman bukalah suatu hal yang salah akan tetapi kita tidak boleh melupakan adat ketimuran yang kita miliki. Tetangga boleh saja mengatakan bahwa kita serumpun, tapi kita pada kenyataannya sebuah kesatuan yang besar, sebuah bangsa yang bisa maju melebihi dari negara tetangga yang suka mengaku-ngaku serumpun dengan kita. Kita Indonesia, kita punya budaya asli milik kita dan itu harus kita lestarikan bahkan harus kita kembangkan, salah satunya dengan penyilangan kebudayaan-kebudayaan unggul yang kita miliki karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan kebudayaan bangsa itu sendiri.

No comments:

Post a Comment