Tuesday, February 7, 2012

Life Teach Me How to Live: Flashback, It's all about CHOICE

Wileujang wengi all :) malam ini gue ngantuk banget, tapi gue gak mau absen buat nulis di blog ini. Malam ini gue pengen nulis tentang sebagian kecil pelajaran yang gue dapat setiap harinya setelah beberapa bulan gue menjalani kehidupan baru gue, menjadi seorang mahasiswa dan seorang pegawai magang di salah satu perusahaan asuransi di Jakarta. Setiap hari ada aja sesuatu yang menyadarkan gue dan menggelitik dalam hati gue tentang betapa uniknya kehidupan ini dengan segala yang terdapat di dalamnya, kadang suka, senang, tawa, canda, tangis, sedih, marah, kecewa, sesal dan berbagai macam perasaan lainnya selalu mengiringi perjalanan hidup gue (dalam pikiran gue, bukan cuman hidup gue, tapi juga hidup kita semua, gak luput dari berbagai macam perasaan tersebut). Selain perasaan-perasaan yang beraneka macam itu gue juga bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam karakter kepribadian (mungkin karena gue suka mengamati tingah laku dan perbuatan serta ucapan dari orang-orang yang ada di sekitar gue, buat gue ini hal yang menarik).

Sebelumnya gue pengen flashback dulu sedikit perjalanan gue setelah lulus dari SMA yang menurut gue agak rumit *mungkin karena otak gue yang multitasking. Setelah lelah dengan semua keragu-raguan gue, akhirnya beberapa bulan yang lalu gue memilih untuk mengambil keputusan ini, keputusan untuk melepaskan pendidikan gue di perguruan tinggi negri di Banjarmasin. Kenapa hal ini gue lakukan? Ya, dengan beberapa pilihan yang dihadapkan pada gue saat itu, gue tau bakal sulit untuk menentukan kemana gue akan melangkah, mengingat waktu yang gue punya dan dengan masukan-masukan serta pendapat-pendapat yang terlalu banyak diberikan oleh keluarga dan sahabat malah mempersulit gue untuk memantapkan pilihan terkahir apakah pada banking and finace (PU), IT (Unibraw), Tekling/Psikologi (Unlam) dan STAN. Pada hari yang bersamaan gue berhasil membuat ortu gue kebingungan dan akhirnya menyerahkan semua keputusan pada diri gue sendiri yang pada saat itu memang sedang kacau dan gak tetap tujuan :(

Hari itu senin, minggu terakhir di bulan Juli 2011 gue dapat kabar kalau registrasi mahasiswa baru di PU masih bisa dilakukan sebelum hari jumat terkhir di bulan Juli 2011 *gue lupa tanggalnya* kemudian selasa itu hari terakhir buat daftar ulang di Unibraw dan masih ada cukup banyak waktu lagi untuk daftar ulang di Unlam (waktu itu gue memilih prodi teknik lingkungan, mengingat papa agak kurang setuju gue mengambil prodi psikologi), tapi mengingat hati gue condong ke semuanya, di PU gue pengen dapat pendidikan yang berbeda, yang mungkin bisa memaksa gue untuk lebih berkembang dan maju, terutama dalam kemampuan verbal gue yang lemah, gue pengen menempatkan diri gue pada suatu keadaan yang memaksa gue untuk tetap semangat dan terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan verbal gue, baik itu dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, bergaul dengan orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung memaksa gue untuk terampil dalam berbahasa. Wow! itu bakal menjadi sesuatu yang baru dan menarik dalam hidup gue (pikiran gue waktu itu). Di Unibraw, gue agak sedikit kecewa karena telah menetapkan PWK di pilihan kedua gue dan IT sebagai pilihan pertama gue yang ternyata lulus, melihat passing grade Planologi (Perencanaan Wilayah Kota) yang lebih rendah dari IT, gue berpikir kalau kemungkinan gue lulus untuk pilihan pertama itu kecil dan ternyata Allah berkata lain, hmm. Well, Unlam teknik lingkungan, gue tertarik dengan prodi yang satu ini karena bagi gue lingkungan itu juga menarik untuk dipelajari mengingat permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh dunia sekarang ini semakin kompleks dan kesadaran kita untuk menjaga lingkungan kita yang mulai kendur, alangkah baiknya jika gue bisa lebih mengenal ilmu-ilmu yang mempelajari tentang lingkungan dan sekitarnya (pikir gue waktu itu, karena sudah memudarkan harapan untuk kuliah di jurusan psikologi yang juga sama menariknya, mempelajari tentang tingkah laku manusia, membaca kepribadian seseorang melalui tulisan tangannya, wah very interesting ya!). Dengan menimbang terlalu banyak dan penuh ketidaktetapan hati, akhirnya gue memilih di teknik lingkungan Unlam, mengingat tes STAN yang akan gue jalani itu waktunya bertabrakan dengan OMB di Unibraw dan dengan berpossitive thinking gue akan bisa masuk sana akhirnya gue lakukan keputusan berat itu. Well, pada akhirnya gue sadar tekling bukanlah cita-cita gue sebenarnya, bukan tujuan gue sebenarnya, dan semua yang gue ambil ini bukan atas keinginan dari dasar hai gue, gue terpengaruh, terpengaruh dari informasi yang gue baca, terpengaruh dari orang-orang sekitar gue, ini bukan berarti jalan yang sudah gue buat dan pilih itu salah, hanya saja disini gue merasa gak bisa enjoy menjalaninya, gue gak bisa bebas mengekspresikan 'apa sih mau gue?' gue belum dapat passionnya. Do it with passion! kenyataannya? I didn't.

But don't you know? Ternyata bukan cuman gue yang ngerasa kalau gue sudah kurang tepat dalam mengambil sebuah pilihan, beberapa temen gue juga ngerasain hal yang sama kayak gue, tiba-tiba melupakan impian sebenarnya yang mereka pendam, bakat yang mereka miliki, dan masih banyak alasan yang meyakinkan gue kalau kita emang salah pilih dan kudu membuat perubahan, selagi kita bisa, kenapa tidak? Terus gue mulai berpikir (bersama temen-temen gue yang merasa salah jalan dan mau mengambil jalan pintas yang baru, jalan yang kita 'mungkin' bisa menikmati tiap proses dan kejadian yang terjadi di perjalanan itu) untuk ikut dalam SNMPTN tahun berikutnya, kita sama-sama berjuang untuk meraih sesuatu, sesuatu yang kita inginkan, sesuatu yang memang kita ikhlas menjalaninya, tanpa ada paksaan dan ketidakpuasan atas apa yang telah kita putuskan. Mulailah pada hari itu gue dalam perjalanan menuju Banjarmasin dari Banjarbaru (waktu itu gue sering pulang dari tempat kost gue ke rumah gue di Banjarmasin karena merasa gak betah atas semua yang gue jalani disana, tiap hari gue mengeluh dan mengeluh, wujud dari kekesalan gue, wujud dari amarah gue yang memang disaat gak punya ketetapan hati untuk memilih mana yang harus gue pilih dan bisa membawa gue untuk ikhlas menjalaninya, disaat yang bersamaan itu pula muncul pendapat-pendapat yang malah bukan membantu gue menyelesaikan problem gue, malah semakin membuat gue bingung, kesini gue bakal begini, kesana gue bakal begitu, dan blabla lainnya :( *what a pity yah. Gue berterima kasih pada orang-orang ini, tapi tolong berikan gue sesuatu yang bisa meyakinkan gue, kalau itu memang baik dan cocok buat gue, kalau disana gue bisa ikhlas dan senang menjalaninya, kalau disana gue bisa lebih baik lagi sebagai seorang anak, mahasiswa, sahabat, teman baru, tolong berikan gue itu, gambaran yang membuat gue yakin akan pilihan gue sehingga gak ada penyesalan atas itu semua, tapi apa? sayang gue terlalu pusing memikirkan ini semua, shalat istikharah gue lakuin, tapi tetap akhirnya gue tumbang dan hanya bisa berdoa agar waktu cepat berlalu, mungkin gue bisa lulus dalam tes STAN atau gue lulus di STIMRA (sekolah tinggi yang belum pernah gue tau sebelumnya, sekolah tentang manajemen asuransi, gue baru tau itu, setelah papa memberitahu gue dan menyuruh gue buat ikut seleksi dari kantornya dan gue gak tertarik sebenarnya untuk mengambil jurusan itu hm). Tiap hari gue mengalami kegalauan yang super duper tingkat dewa *oh gee! gak gitu juga kali :p haha. Bahkan gue menyalahkan orang tua gue karena kekecewaan gue akan mereka yang menurut gue pada waktu itu gak bisa kompak untuk meyakinkan gue, mana yang harus gue pilih, gue marah, gue merajuk, gue sedih, tapi namanya juga orang tua, pasti tau lah anaknya memang gak bisa bertahan. Setelah perdebatan antara gue. mama. dan papa, gue membuat kesimpulan bahwa selambat-lambatnya gue harus pindah bahkan jika gue gak lulus STAN atau STIMRA gue harus bisa lulus ujian saringan masuk universitas negri ataupun swasta dengan jurusan yang gue mau. Jurusan yang gue baru tersadar kalu 'inilah gue! inilah mimpi gue! inilah sesuatu yang membuat gue tertarik seperti ada gaya magnet dianatara gue dan jurusan tersebut, sesuatu yang gak jauh-jauh dari cita-cita gue, cita-cita masa kecil gue, yang kalau gue mengingat sewaktu kecil gue memimpikan bisa kuliah di jurusan itu gue bisa tersenyum kecil mengingat kepolosan gue waktu itu (ternyata sejak kecil mimpi gue gak pernah hilang dan berubah, hanya terpendam dan terlupakan karena hati, pikiran dan jiwa gue yang multitasking itu *lagi-lagi). Jurusan apakah itu? bidang apakah yang memang gue banget itu? (cuman mama dan temen-temen dekat gue yang tau hehe). Akhirnya mama menawarkan suatu pencerahan bagi gue, kalau gue boleh ikut ujian masuk universitas tahun depan (2012) dan memilih jurusan yang memang mama tau gue menyukainya dan mama juga sebenarnya sangat menginginkan gue bisa menjadi seseorang yang gue inginkan itu, menekuni profesi itu disana, disuatu tempat itu, suatu hari nanti hehe. Gue sedikit lega mendengar kata mama, dan papa juga setuju, semuanya terserah gue, kembali pada gue walaupun gue tau sebenarnya mama gak pengen gue jauh-jauh dari dia, pengen gue selalu ada sama dia, di rumah kami (maklum gue anak tunggal, mama pasti kesepian kalau gak ada gue yang ribet ini :') *jadi ingat mama hiks).

Namun Allah berkata lain, setelah mengikuti tes STAN dan terus berdoa agar gue bisa pindah kuliah tahun depan, gue mendapat kabar kalau gue gak lulus STAN, seketika perasaan gue hancur, sedih, dan lain-lain, mama bilang supaya gue sabar dan masih ada tahun depan, hari itu gue pulang ke rumah dari kost karena besoknya gue gak ada kegiatan di kampus. Entah emang Allah gak mau bikin gue sedih atau apa, tiba-tiba sesudah gue sampai di rumah dengan sejuta kegalauan gue, papa menelp gue dari kantornya dan bilang bahwa gue itu lulus di STIMRA, entah karena gue emosi dan kecewa gue langsung mengiyakan untuk pindah secepatnya dan gue bersedia untuk tinggal di Jakarta walaupun gue tau bakal sulit buat sering balik ke rumah kalau pelajaran kosong dan gue tau disana gue bakal sibuk bekerja sambil belajar. Temen-temen gue bilang gue beruntung, temen-temen ortu gue bilang beruntung, tapi bagi gue ini hanya sebuah pelarian gue dari semua kekecewaan gue dan emosi tingkat ababil gue yang sudah sampai puncaknya (gue tau papa senang, karena sebelum itu, waktu gue memutuskan untuk tidak kuliah di Unibraw dan menawarkan diri untuk masuk PU papa seneng banget sampai menghubungi temen-temen dia yang ada di Jakarta dan sekitarnya, ngabarin kalau gue mau sekolah di Cikarang *ceritanya dlu, tapi tiba-tiba gue gak jadi dan memilih untuk Unibraw karena deket dengan nenek gue yang ada di Malang dan keluarga gue yang juga ada lumayan banyak tinggal disana, tapi ya nasib ya nasib ujung-ujungnya gue tetap gak kuliah di dua tempat itu karena gak pengen jauh dari mama *waktu itu, sampai sekarang juga hhe).
Mungkin mama sudah bosan melihat tingkah gue yang uring-uringan dan lain-lain, mama akhirnya mengizinkan, alasan mama karena gue bekerja disana. Akhirnya dengan hati yang tertinggal di Banjarmasin gue melangkah untuk melampiaskan kekecewaan gue, gue merasa merdeka dari prilaku uring-uringan gue dengan nasib yang gue jalani saat itu, tapi gue sedih karena harus pergi dari rumah gue, jauh dari sahabat gue disana, jauh dari keluarga yang utama :(

Dari sinilah cerita-cerita dan pengalaman hidup gue dimulai dan bertambah, mungkin karena semesta atau mungkin karena memang pada dasarnya seperti itu, gue semakin mengenal kehidupan ini, bagaimana orang-orang dewasa itu bertingkah laku, di tempat kerja mereka, di kegiatan sehari-hari mereka, gaya bahasa mereka, uniknya hidup, ada yang berjuang demi hidupnya, ada yang gak tau malu, ada yang ingin maju, dan masih banyak lagi, gue jadi tau gimana rasanya sulit dan lelahnya mencari uang yang halal, tenaga itu penting, waktu itu penting, mental itu penting dan lain-lain, gue tau, gue tau, gue mulai menyadarinya perlahan tapi pasti, gue sadar. Tanpa melupakan mimpi dan cita-cita gue, gue masih sangat berharap, berkhayal, bermimpi, berdoa suatu hari nanti itu akan tercapai, mimpi dan cita-cita gue akan gue perjuangkan walaupun sekarang gue 'masih' ragu akan hal yang gue jalani. Namun semangat akan mimpi itu masih ada dan gak akan hilang hingga itu bisa gue buktikan dan gue raih!

No comments:

Post a Comment